Ini Cerita Tentang Teman Duduk
Idelando-Ada hari, kawan duduk gabut di rumah sambil scroling Tik Tok, Reels, atau pantau stories dari kenalan yang singgah di kontak atau beberapa orang yang kita kagumi di media sosial. Namun, rasanya ada yang belum lengkap. Kawan butuh teman duduk.
Teman duduk yang saya maksudkan adalah orang yang selalu setia temani kawan bercerita. Mereka adalah pendengar yang baik. Mereka selalu setia mendengar keluhan kita meski masalah kita masih sama. Golongan mereka ini kadang buat saya bingung. Apa peng ee, mereka punya alasan tetap setia mendengar masalah yang sama selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun? Ada apa dengan mereka?
Kalau diingat-ingat, mereka punya solusi juga masih sama. Kalaupun tidak sama, mereka hanya mengganti diksi dan cara menyampaikannya. Terlebih lagi kalau soal percintaan yang belum jelas dari zaman batu sampai sekarang. Wehh, mereka secara tidak langsung suruh kita liat muka di cermin.
Teman duduk biasanya bukan lawan jenis. Kalau lawan jenis, tahu toh endingnya. Pasti ada yang naik level tuh hubungannya bahkan mungkin ada yang jadi mantan. Ehem.
Teman duduk saya masih orang yang sama dari beberapa tahun yang lalu, dengan solusinya yang goblok dan kadang memberi langkah yang lumayan bangsyatt. Tapi, kalau dipikir-pikir, solusi mereka bijak juga e. Walau untuk menemukan solusi sampai-sampai menghabiskan rokok yang saya sediakan dan selalu seruput kopi sampai di dasar gelas.
Banyaknya solusi yang mereka berikan, ujung-ujung endingnya masih sama, "berubah ge, rajin koe ngaji". Golongan ini adalah teman duduk yang paling rajin ke gereja. Jika bertemu saat minggu biasa pasti ada pertanyaan, anak OMK mana lagi yang kau incar kawan? Puan mana yang bisa merubahmu? Dosa besar apakah yang terakhir kali kau buat? Dan masih banyak lagi.
Lucunya begini, teman duduk saya yang baik ini bukan orang yang berpengalaman. Apalagi kalau masalah percintaan. Sudah resmi pemegang rekor solo terlama, tetapi jadi pemberi solusi terhandal. Kadang saya pikir, apakah mereka ahli taurat, eh maksudnya ahli percintaan. Sempat juga saya berpikir, mereka pasti sering membaca primbon dan zodiak. Segala sesuatunya dalam teori percintaan mereka kuasai. Satu yang selalu saya tunggu, kapan mereka bucin dan apakah semua solusi yang pernah mereka berikan dipraktikkan atau tidak. Konon katanya, kaum adam yang gelar strata satu atau lebih, otaknya akan berhenti bekerja saat jatuh cinta. Mengheningkan cipta.
Satu yang spesial, teman duduk adalah orang yang paling mengerti soal beban tanggung jawab. Ketika kita mulai dengan curhatan keluarga dan ekonomi, ada ekspresi yang betul-betul tulus. Nah, saya paham, di sini kita dengan masalah yang sama. Solusi yang muncul pasti akan berakhir dengan hembusan rokok. Walau tanpa solusi masalah yang jelas, tetapi ada lega yang berbeda dari biasanya. Satu yang tidak kalah keren, saat menceritakan masalah seperti ini bersama teman duduk, pasti selalu ada rejeki yang akan tiba. Ini pengalaman saya.
Kawan, saya yakin ada banyak topik ketika bersama teman duduk. Sampai-sampai lupa waktu. Kadang kita bahas hal receh yang buat luka masa lalu jadi jokes keren. Semisal, kenapa wajah pacarnya mantan selalu jelek. Kenapa mantan tunangan kita memilih menjadi caleg. Masih banyak lagi.
Sebelum saya lupa, umpan teman dudukmu untuk datang cerita adalah hal paling gampang selain menambah daftar gebetan yang terdampar dari medsos. Kau cukup kirim foto rokok dan botol bening. Secepatnya mereka pasti tanggap "otewe". Pengalaman saya, setelah menerima pesan otewe, mereka lebih cepat tiba dibandingkan dengan balasan dari gebetan yang kita ambil nomornya dari rekan kerja. Lalu, ketika teman duduk sudah tiba, kita mulai percakapan dengan gibah tu gebetan. Menghayal elit, read chat sulit. See you gemm.
Penulis: Yoan Soro
0 Komentar