Hiruk Pikuk Kota Jogja dan Pelamar Kerja
Idelando-Seperti biasanya saya bangun tidur langsung menyeduh kopi hitam, tapi hari ini ada yang berbeda karena hari ini saya bangun sebelum pukul 06.00. Tidak seperti biasanya bangun sebelum pukul 06.00 adalah suatu hayalan belaka bahkan pukul 06.00 adalah waktu tidur malam saya. Entah malaikat apa yang menyertai saya semalam makanya saya bisa tidur lebih cepat.
Hari ini, saya cukup bersemangat. Aroma kopi hitam pagi juga sepertinya lebih pekat. Nikmat sekali. Alasannya, kemarin saya mendapat kabar kalau lamaran saya diterima dan hari ini pukul 08.00 WIB saya dijadwalkan untuk interview di salah satu perusahaan di Jogja. Suatu kebahagiaan bukan? Setelah begitu banyak lamaran yang saya kirim, akhirnya salah satu map coklat saya dilihat oleh HRD, meskipun belum pasti diterima. Bermodalkan CV yang isinya hanya pengalaman mengelola media, saya beranikan diri untuk melamar ke perusahaan-perusahaan ataupun outlet-outlet yang membutuhkan karyawan.
Setelah berlama-lama di depan cermin kamar yang kotornya sudah tidak tertolong, saya merasa kalau saya sudah cukup tampan dan rapi, tidak seperti biasanya. Saya keluar kosan pada pukul 07.00 WIB mengendarai Xeon rc putih menuju arah Magelang dengan style layaknya fresh graduate berkemeja putih yang berjuang mendapat pekerjaan untuk terus melanjutkan hidup.
Baca juga: Hal Unik dari Kaum Hawa Ketika Bepergian
Di perjalanan saya agak risih dengan pengendara yang memacu kendaraannya dengan ngebut. Terlihat seperti tergesa-gesa. "Kalian tidak bisa santai kah?" Gumam saya dalam hati dengan sedikit emosi karena harus menarik rem dalam-dalam ketika ada yang tiba-tiba memotong lajur kendaraan saya. Kalau hanya satu pengendara yang begitu mungkin saya bisa tersenyum, hampir 60% pengendara di sepanjang perjalanan saya, memacu kendaraannya dengan ngebut.
Di lampu merah setelah UGM menuju arah Magelang saya melirik ke para pengendara lainnya, berbagai macam tipe orang ada di lampu merah, saya mulai melirik satu persatu, ada yang menggunakan baju Corsa dengan tulisan program studi di belakang punggungnya. Dia mahasiswa. Ada yang menggunakan baju kemeja rapi dengan 𝘐𝘥 𝘊𝘢𝘳𝘥 terkalung di lehernya, sepertinya dia Staff kantor. Ada yang menggunakan mobil dengan pakaian rapi sesekali melirik jam di tangannya, sepertinya dia memiliki posisi penting di tempat kerjanya, ada juga yang menggunakan seragam ASN coklat kekuning-kuningan, ada yang berseragam abdi negera, ada yang sedang menyapu jalan, ada yang sedang mengantar anaknya ke sekolah ada juga yang menggunakan stelan jas rapi sepertinya dia seorang Manajer.
Setelah berapa kali melirik, saya kembali melihat penampilan diri sendiri, baju kemeja putih celana hitam dengan tas punggung berisikan surat lamaran kerja dan CV. Kapan saya bisa seperti mereka, menggunakan seragam atau mengenakan 𝘐𝘥 𝘊𝘢𝘳𝘥 di leher.
Baca juga: Rindu Bermain Layang-layang
Di jalan, khususnya pada jam masuk kerja, variasi pekerjaan dapat terlihat dari style pakaiannya, mulai dari mahasiswa yang menggunakan Corsa, Staff yang memakai 𝘐𝘥 𝘊𝘢𝘳𝘥 tapi ada juga bos yang berkamuflase jadi orang biasa dengan baju kaos sederhana namun berdompet tebal, seperti gaya saya kalau lagi jalan-jalan, cuma bedanya dompet saya dipenuhi kertas deposit akun judi.
Saya kembali melanjutkan perjalanan dengan pikiran yang kembali mengingat para pengendara yang tadi ugal-ugalan, sepertinya agak wajar mereka terburu-buru, mereka adalah Staff yang harus masuk tepat waktu sedangkan saya hanya seorang yang sedang berjuang mencari pekerjaan dan berharap ada di posisi mereka. Kalau saya ada di posisi mereka sepertinya jiwa pembalap amatir saya meronta-ronta karena kebiasaan sulit bangun pagi dan harus mengejar jam masuk kerja. Hahaha menghayal jadi pegawai tetap tidak salah Kan?
Sampai di tempat interview saya kembali bertemu dengan banyak orang dengan usia rata-rata 5 tahun diatas saya, sepertinya mereka datang dengan pengalaman yang bagus. Interview berjalan lancar. Saya kembali pulang ke kosan dengan pesimis, dan benar saja hasilnya tidak memuaskan, perusahaan memprioritaskan orang lokal dan saya orang internasional. Saya harus kembali membuat lamaran baru, muka saya harus kembali muncul di tempat 𝘧𝘰𝘵𝘰 𝘤𝘰𝘱𝘺 untuk membeli map coklat.
Penulis: Rudi Herwanto
0 Komentar