Belajar Menjadi Ayah
Idelando-Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Sebentar, besok, lusa, tulat, tubin, dan seterusnya. Namun, Mimin percaya semuanya bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Ini seperti hukum sebab-akibat. Time is magic dalam hidup versi Mimin.
Menjadi ayah adalah hal yang pasti bagi semua laki-laki, kecuali bagi kawan yang memilih hidup selibat. Yah, ini terkesan dewasa kalimatnya, tetapi hari ini Mimin menulisnya dengan penuh penantian. Belajar menjadi ayah.
Pernah tidak kau bertemu dengan orang asing, tetapi lawan jenis. Selanjutnya, kamu selalu berkomunikasi. Kamu membina hubungan dari teman, friendzone, platonic relationship dan seterusnya kamu mungkin beranjak ke tahap FWB (friend with beneffit). Ini menyenangkan untuk orang seusia Mimin. Bagaimana tidak, kau mendapatkan semua hal. Apalagi kamu bertemu saat sudah memiliki pekerjaan. Indah bukan main, Kawan.
Baca juga: Hiruk Pikuk Kota Jogja dan Pelamar Kerja
Suatu hari kamu mendapat kabar baik bahwa kami akan menjadi ayah. Test pack yang kamu beli dua-duanya memiliki tanda positif. Kawan, FWB-mu berbadan dua. Pastinya, kalimat sudah siap atau belum siap langsung muncul dalam kepalamu. Kau menanyainya berulang kali, tetap jawabannya adalah kamu akan menjadi ayah. Kamu memastikannya ke dokter kandungan, jawaban test pack tidak pernah salah. Hal yang paling baik dari semua adalah kalimat akan menjadi ayah.
Kau mulai menemuinya, memastikan itu benar dan mengecek sana sini. Seolah-olah skill dokter kandungan kalah. Kau mulai bertanya yang macam-macam. Semua ketidakyakinanmu tetap akan kalah saat ia memberimu kalimat "hari itu keren kan, kita melakukannya dengan sangat baik". Balik lagi, kamu akan menjadi ayah.
Selanjutnya kau menemui kawan baikmu dan keluargamu untuk menceritakan semua itu. Puji Tuhan jika mereka memberi saran yang membangun. Lagian, menjadi ayah kan tanggung jawab. Semua orang mendambakannya. Kau mulai menanyai seniormu tentang persiapan sebelum partus dan apa saja yang akan kamu lakukan dan pantang dilakukan sejak hari menerima kabar baik. Bukan main sibuknya. Belum lagi saat melihat internet untuk belajar pertolangan pertama jika terjadi sesuatu. Belajar untuk peka saat dia mulai ngidam dan masih banyak lagi.
Baca juga: Hal Unik dari Kaum Hawa Ketika Bepergian
Kau mulai mencari nama untuk disiapkan. Yang pasti itu adalah nama yang penuh makna dan maksud. Soremu diisi dengan menanyakan kabar dan kondisinya. Di sini, entah ada apa, kau mulai mengilhami menjadi ayah. Yah, sepertinya siap.
Sesekali kamu berkunjung dari toko ke toko. Melihat baju bayi, mengecek harganya sembari menulisnya dalam kepala untuk menabung dan menentukan kapan waktunya untuk beli. Media sosialmu dipenuhi riwayat pencarian tentang kesehatan ibu hamil dan persiapan memjadi ayah. Lelah bukan main. Sebelum lupa, ada hasrat untuk bermain bersama anak kecil. Jika mereka menangis, triknya salah. Cari cara baru. Menjadi ayah bukan perkara mudah toh?
Ada malam kau menghabiskan waktu dengan berbatang rokok. Kau mulai membayangkan apa saja yang akan kamu lakukan nanti bersama calon anakmu. Dengan mamanya juga toh. Kau mulai merawat diri, menghemat, dan mencari pekerjaan di luar waktu kerja tetapmu. Orang-orang baik selalu membantu dan menyarankan banyak hal. Setelah dipikir-pikir, semuanya bergantung cara kita menerima. Oh iya, itu hayalan juga merupakan pengantar tidur yang baik. Nyenyak bukan main. Selalu keren e semua calon ayah.
Penulis: Oan Soro
0 Komentar