Menjadi Anak Rantau dan Rindu Makanan Dureng Buatan Mama
Idelando-Teman-teman, bagaimana kabar kalian hari ini? Sepertinya semua daerah di Indonesia sedang dureng. Kita sedang menikmati dureng yang sama, tetapi kami anak rantau tanpa keluarga tercinta. Jadi anak rantau tentu tidak mudah mengolah perasaan di tengah dureng begini. Saat dureng, setelah kerja langsung pulang kos, tetapi tanpa sambutan hangat dari orang-orang tercinta. Benar-benar sendiri. Padahal dalam keadaan basa kuyup dan lelah sehabis berlari karena hujan di perjalanan pulang.
Belum lama melepas lelah, saya harus menyiapkan segala sesuatu untuk mengisi perut yang sedang mengamuk. Tentu saja dalam keadaan lapar sekali makanan andalan adalah indomie. Selama dureng begini, ruang gerak jadi terbatas. Apalagi kalau tidak memiliki kendaraan pribadi. Jadi, tidak bisa pergi belanja untuk keperluan dapur. Ada banyak resiko yang dipikirkan saat dureng begini. Jadi, untuk sementara waktu makan yang instan-instan. Berbeda kalau di rumah, maram ute saung daeng cemba atau ute labu tok, tapi karena waktu makannya bersama keluarga semuanya terasa nikmat. Apalagi kalau plus sambal terasi buatan mama, hem nikmat.
Baca juga: Lapangan Motang Rua Tempat yang Asyik untuk Curhat Berdua
Itulah perbedaannya, di tanah rantau makanan serba beli, sedangkan di rumah kita masih bisa makan ubi atau pisang dari kebun. Hal ini yang selalu membuat saya merindukan rumah (Ruteng). Bagian yang paling saya rindukan adalah masakan yang mama suguhkan saat sore. Bisa kalian bayangkan kalian baru saja bangun dari tidur siang dan tersadar kalian masih sendiri. Lalu bergegas cok air untuk putar kopi sore, tapi tanpa ubi atau apalah cemilan olahan mama. Entahlah, mama selalu banyak ide mengolah makanan saat dureng begini. Itulah yang membuat saya rindu rumah. Kopi sore itu terasa hambar akibat perasaan yang berantakan karena rindu rumah.
--Oh iya, walaupun sedang menikmati dureng yang sama. Bagi saya, intensitas dureng di Ruteng lebih tinggi daripada di tempat saya sekarang (Sukabumi). Terlebih dingin dan kabut. Mungkin tidak ada yang spesial, tapi saat dureng begini saya sedang merasa kehilangan itu semua.--
Baca juga: Ruteng | Hari Ini | Menunggumu | Pulang
Saya ingat betul, mama selalu menyediakan pisang rebus, ubi rebus, atau kokis ene yang akan disantap dengan kopi. Kadang, dari bahan yang sama, mama olah jadi lemet, onde-onde, pisang ramas, kolak, sawut, dll. Tidak lupa, tete tapa dan muku tapa yang menambah manisnya suasana sore hari di rumah.
Yang paling nikmat yang pakai bakar dan pakai rebus dengan cintanya mama. Jagung pasti selalu manis teman, apalagi kalau latung raket, aeh teman. Tidak ada duanya sudah itu kehangatan. Saat itu, mama tertawa dan senyum lebar, tidak tersaingi oleh siapa pun itu kehangatan, hehehe. Nikmat mana lagi yang ingin kau dustakan. Betapa bahagianya saat berada di rumah dengan suguhan dari mama. Ada yang sama teman-teman? Jadi anak rantau dan rindu masakannya mama saat dureng.
Namun, ketika di sini saya ingin melakukan hal yang sama rasanya tidak sama. Hal seperti itu terasa manis hanya di rumah. Jadi, dengan rindu saja sudah cukup.
Penulis: Eldis Ame
0 Komentar