Empat Tingkah Laku Siswa di Kelas yang Menguji Mood Seorang Guru
Idelando-Guru merupakan salah satu sumber ilmu bagi siswa. Ada tiga tugas guru, yaitu mengajar, melatih, dan mendidik, sehingga menjadi seorang guru perlu kesabaran. Julukan yang disematkan kepada guru adalah pahlawan tanpa tanda saja.
Sesabar-sabarnya seseorang, pasti ada batasnya. Namun, guru beda dong. Kesabaran seorang guru tak ada batasnya. Hehehe. Memang, guru harus selalu menjadi top one (di sekolah) yang bisa memahami siswanya, karena setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari suku, agama, ras dan kehidupan sosial.
Namun, walau pun kesabaran seorang guru tak (boleh) ada batasnya, bukan berarti mood-nya tidak berubah-ubah. Gara-gara siapa lagi kalau bukan gara-gara bocil sekolahan. Tingkah laku absurd mereka benar-benar menguji kesabaran seorang guru. Walaupun lemas sekali pun bestie.
Baca juga: Janjian Ketemu dengan Gebetan tetapi Bulu Mata Tebakar
Berikut ini adalah empat kelakuan siswa di kelas yang menguji mood seorang guru:
[1] Ketika diminta guru untuk mencatat inti-inti materi atau mengerjakan tugas di kelas, malah gosip dengan teman di samping tentang kakak kelas yang super duper tampan mengalahkan Verel Bramasta. Selain itu, suka mengoceh seperti aduh malas e, panas e, dingin e, hujan e, lapar e.
[2] Ketika guru memberikan pertanyaan tentang materi, biasanya siswa jadi orang yang paham sekaligus bingung. Setelah menjelaskan materi, guru bertanya untuk menguji pemahaman siswa. Ketika siswa sudah menjawab pastinya guru akan memberikan penegasan. Terkadang jika guru sudah memberi penjelasan pasti siswa akan mengatakan mereka telah paham atas penjelasan guru. Namun, saat diberikan pertanyaan lanjutan, siswa hanya diam. Jadinya, guru sendiri yang akan menjawab pertanyaan itu. Cape deh, macam sedang ajar untuk diri sendiri.
Baca juga: 7 Hal Menyebalkan yang Dialami Kaum Hawa
[3] Ketika guru memberi tugas tentang materi yang sudah atau sedang dibahas, siswa selalu menanyakan maksud soal secara berulang-ulang walaupun sudah dijelaskan secara berulang-ulang. Dengan penuh sabar pasti guru memberi penjelasan ulang. Setelah dijelaskan pasti tanya lagi. Ujian terberat menjadi seorang guru itu di sini.
[4] Catatan dijadikan seolah-olah pusat harta karun yang sudah dikubur dalam tanah dan tidak boleh digali lagi. Catatan bukan untuk dibaca tetapi untuk menjadi penjamin pada hari tua, baik kalau bisa jadi berharga seperti sertifikat rumah. Saat ditanya catatannya sudah dibaca atau belum, semua menjawab sudah. Namun, saat diberi pertanyaan penguji, semua terduduk seperti manuk jungung. Pada akhirnya, guru harus menjelaskan ulang materi yang kemarin.
Jadi, itulah tingkah laku siswa yang menguji mood seorang guru. Ada yang sama kah? Sekarang kalau melihat tingkah laku mereka seperti melihat diri sendiri pada masa lalu.
Penulis: Eldis Ame
0 Komentar