Punya Teman Dekat, Jarang Sekali Kontakan, tapi Tiap Kali Ketemuan Tetap Sama
Dalam circle pertemanan ini tidak ada rencana resmi atau terjadwal untuk bertemu. Ada saja saatnya secara spontan saling kontak untuk bertemu. Misalnya, "Bro di mana e, nongkrong e?" dan teman kalian itu menjawab "Rumah e, ok ga pilih tempat e." Seperti sudah ditakdirkan oleh alam kalau kalian ingin bertemu tidak ada halangan yang berarti.
Nah, berbeda dengan circle yang disebut "sahabat". Eh, makin ke sini malahan makin susah bertemu. Kalau sudah buat janjian jatuhnya batal terus. Ada saja alasannya. By...the...way..., circle ini cenderung terjebak dalam situasi menginginkan segala sesuatu tetap sama. Ada saja satu hal yang berubah dari sahabat kita, kita langsung menduga-duga yang tidak baik. Kemudian, muncul perasaan Ingin dihargai, tetapi tidak mendapatkannya. Dari hal itulah sebuah persahabatan menjadi tidak baik-baik saja. Satu lagi, ada yang aneh. Kita selalu merasa tidak enak kalau tidak ambil bagian di segala "urusan" hidupnya.
Apa yang menyenangkan dari hubungan yang disebut teman dekat? Jawabannya, kita tetap menjadi diri sendiri. Kita tetap menampilkan diri kita yang sebenarnya di hadapan teman kita dan teman kita menerima itu. Bebas dari perasaan tidak enak. Kalau sedang berhalangan untuk bertemu atau menghadiri undangan teman, kita akan tetap dihargai sebagai orang yang sedang berhalangan dan kita didukung agar urusan kita cepat selesai tanpa mendapatkan dugaan macam-macam. Tapi, kalau tidak ada halangan, hem dunia macam miliknya kitorang saja. Ketika su kumpul sama, mulai dari hal receh sampai hal paling penting dalam hidup dikupas tuntas dan teman kita adalah pendengar yang baik.
Kalau direfleksikan, circle yang disebut teman dekat adalah sebuah ekspresi "secukupnya", sedangkan circle yang disebut sahabat adalah sebuah ekspresi "berlebihan". Apa bedanya? Secukupnya tidak pernah mendatangkan kekecewaan, sedangkan berlebihan pasti mendatangkan kekecewaan. Hari ini kau bisa beri perhatian lebih, tapi besok-besok belum tentu bisa to. Nah, di situlah munculnya kekecewaan. Lebih baik menjalin hubungan yang disebut teman dekat tapi rasa sahabat daripada menjalin persahabatan tapi rasa teman doang.
Penulis: Opin Sanjaya
0 Komentar