Cerita dari Si Smoker Berat tentang Berteman dengan Kawan Bukan Perokok
Idelando-Halo kawan, rasanya sudah lama kita tidak bersua di rubrik BTW Idelando. Beberapa hari lalu, kawan dekat saya curhat di rubrik Listikel tentang Derita Nongkrong atau Jalan dengan Teman Perokok. Sumpah itu sebenarnya bukan curhat saja, tapi jauk dari dia sebagai korban. Untung saja, dia kasih kalimat enak di bagian endingnya. Dia bilang: walaupun mereka aneh, mereka tetap menjadi teman nongkrong yang baik. Jadi, kurang baperan juga saya yang merasa itu curhat "aku banget o". Tetapi, untuk kawan-kawan yang sudah baca lalu baperan dan marah--walaupun alasan aslinya bukan karena itu tulisan--,saya omong baik-baik: Terserah! Berasa jokes bapack-bapack. Maklum, belakangan saya hobi supra dan sudah berada di usia masuk jadwal masuk minta, chuakkss.
Jadi begini, punya kawan anti rokok dan bukan perokok juga ada cerita tersendiri. Semisal kau bertamu atau mereka jadi tamu. Basa-basi awal kau yang perokok (berat atau tidak) pasti adalah rokok. Kita mulai sebat sambil menunggu tuan rumah membuatkan kita kopi. Nah, saat sikon begini, pasti kau coba menawarkan dia rokok. Siapa tahu dia mau coba, walaupun sudah kau tahu bahwa dia menolak. Entah dengan cara halus atau cara palak seperti "Hau e pande sesat teman". Respon kita pasti senyum saja. Kalau pun kita menjawab, pasti ada kalimat begini: mungkin ini hari berat dan kau butuh sebat kawan. Selanjutnya, mungkin akan kau tambahkan kalimat ini: senang laku kraeng e, saya bisa hemat rokok. Saya juga mau bongkar rahasia. Sebenarnya teman bukan perokok adalah si paling bingung pikir kalimat basa-basi awal ketika bertamu.
Cerita selanjutnya, saat kau si smoker memasuki tanggal tua atau dompet kosong dan kita hanya punya modal untuk isi bensin, pastinya kau meminta kepada kawan yang bukan smoker untuk membelikan kita rokok. Hari itu entah batangan saja--puji Tuhan jika dapat sebungkus--, kita pasti bahagia. Macam lengkap su kita punya bahan ganda hari itu. Btw, ada juga saatnya kau minta dengan irama nggut, seperti luji kat seng lima ribum kraeng e. Eits kawan, dia su sisihkan uang beli cilok untuk dia punya doi hari itu. Harus bersyukur e, no more nggut again. Catatannya: dia juga mencintaimu. Buktinya, jatah cilok kencan akhir pekan bersama doi dibagi denganmu. Bahagia bukan main toh?
Hal lain adalah saat bertamu ke rumahnya, kita akan kesulitan menemukan asbak. Sebagai perokok santun tentunya saya akan merokok jika disediakan asbak. Tetapi beda cerita, dia adalah kawan baikmu. Jadi, tidak ada kata segan dalam otak untuk minta asbak. Jika tidak ada asbak, maka alternatifnya adalah piring. Tetapi, jangan sampai pakai piring kesayangannya mama e. Kalau su begini, pasti kamu akan merokok seperlunya. Eits, kalau cerita su mengalir seperti air, kau pasti lupa kalau itu adalah piring kesayangannya kau punya mantan calon mama mantu, eh mamanya kawan baik. Kawan, kita pasti merokok seperti biasa. Sambil sebat, curhat dan gibah berhembus bersama asap. Indie banget toh?
Suatu hari yang baik, ada cerita kau terharu. Saat sore kawan baikmu akan bertamu, dia menelpon kalau dia akan singgah di minimarket sebentar. Dia tanya, kau mau dibelikan rokok apa. Pastinya dipikiranmu terlintas rokok kesukaanmu, atau pun kau meminta dia membelikan rokok yang agak mahal. Maklum ditraktir. Selanjutnya, sebelum dia sampai, kau bergegas menyiapkan segalanya. Kopi dan musik. Syukur-syukur kalau ada kudapan. Tahan dulu, saat dia sampai jangan sampai kau salah tingkah dan salah bicara. Dia akan agak angkuh ketika tiba di rumah. Dia memperlakukanmu seenaknya versi kawan baik. "Gelang koe kopi so ta," perintahnya; atau "toe ma enak kopi so e asa pande pake dendam." ejeknya. Kawan yang ini memang menyebalkan, tetapi dia kawan baikmu. Ada hari yang baik menunggu untuk balas dendam. Tetapi hari itu bahagia toh?
Terakhir kawan, pernah tidak kawan baikmu yang bukan perokok mengajak untuk menemani kencan di rumah pacarnya? Sumpah ini adalah momen yang ditunggu-tunggu. Jadi sudah ada alasan kuat agar ditraktir rokok, walaupun dari potongan jatah untuk beli gorengan sebagai buah tangan bertamu. Pasti kau akan dibelikan rokok dan hari itu kamu akan tertawa bahagia dalam hati. Si kawan perokok tidak akan bisa mengelak, karena sekarang kau sangat dibutuhkan.
Namun, kau harus mengerti sikon sesampai di rumah pacar temanmu. Oleh karena itu, ada beberapa catatan. Pertama, pastikan ada asbak atau tidak. Jangan sampai pacar kawan baikmu memberikan kau piring kesayangan ibunya sebagai alternatif asbak. Kedua, merokoklah dengan santun. Jangan sampai kau keluarkan asap bulat dari mulutmu dan mendarat di poni cetar pacar kawan baikmu. Seperti sedang melakukan pertunjukan artistik. Ketiga, jangan sampai kau juga jadi pencerita yang lebih asyik dari kawan baikmu. Takut ada masalah tambahan. Sudah dibelikan rokok, kuasa arena cerita lagi. Usahakan lebih banyak jadi penikmat bucinnya mereka em. Intinya kau dapat rokok toh? Dengan rokok kau bisa berhalusinasi atau menyeleksi beberapa bagian kencan dan memasukkannya ke dalam list referensi untuk kencanmu di hari depan. Dapat bonus toh?
Aneh memang, tetapi itulah kawan baik. Bukan berarti berkawan dengan perokok atau bukan perokok tidak akan keren atau membuatmu menjadi keren/laki banget. Ada banyak kisah yang mengantar kamu sampai di sana. Kau merasa nyaman dan diterima baik. Soal waktu mereka akan merokok, kita jangan paksa. Tetapi soal waktu mereka mentraktir rokok, kita selalu tunggu.
Satu lagi kawan, kalau doi yang minta untuk stop rokok jangan pake alasan "iya saya berhenti atau ini yang terakhir". Ini alasan klasik. Mimin punya rekomendasi untuk resolusi: Ayang, nanti kaka kasih tutup pabrik rokok. Gentle im, berasa jadi ponakan Gudang Garam toh?
Penulis: Yoan Soro
#kawan #kawan baik #teman dekat #Ruteng #rokok
0 Komentar