Jadi Bagaimana, Mau Natal di Ruteng atau Yogyakarta?
Setelah pulang ke rumah tempat kita dilahirkan, kita seperti menemukan cinta. Menemukan ketenangan, menemukan kedamaian yang tidak akan pernah kita temukan di tempat kita berpergian. Lalu bagaimana dengan kita yang merantau di tanah orang. Apakah bisa kita pulang ke rumah tempat kita menemukan kedamaian? Apakah kita bisa menyambut kelahiran Tuhan pada hari ke-25 tepat bulan Desember tahun ini? Apakah kita bisa pulang setelah kita melakukan perjalanan yang cukup panjang?
Setelah dilahirkan dan diberi nafas kehidupan, tentu Ruteng adalah rumah bagi saya. Tempat saya menemukan kedamaian, tempat saya menemukan ketenangan. Bahkan sejauh mana saya pergi, tetap Ruteng akan selalu menjadi tempat untuk saya kembali.
Setelah melakukan perjalanan dan melakukan proses yang cukup panjang, pada akhirnya saya memutuskan Yogyakarta sebagai rumah kedua setelah Ruteng. Rumah kedua berarti tempat saya melanjutkan pendidkan, tempat saya mencari ilmu. Persis bulan Juni kali lalu, saya memulai segala hal di tempat ini. Mulai dari mempersiapkan segala hal mengenai kampus tempat saya melanjutkan pendidikan dan mempersiapkan segala hal kecil yang membantu saya dalam mencapai tujuan saya. Singkat cerita, saya diterima di salah satu Universitas di YogyakartaYogyakarta. Setelah resmi menjadi civitas academica, berarti saya harus melakukan segala hal dengan cinta. Apa pun pekerjaannya, kita harus melakukannya dengan cinta. Gahhh, sudah seperti orang paling bijak sedunia saja saya ini.
Setelah benar-benar menjadi seorang civitas academica tentunya kita selalu disibukkan dengan tugas, praktek, ujian, persentasi dan masih masih banyak lagi. Bahkan menurut saya, apa yang saya rasakan juga dirasakan orang disekitar saya bahwa mencari ilmu tidaklah mudah seperti kita membalikkan telapak tangan.
Setelah melakukan dinamika yang cukup panjang kurang lebih enam bulan lamanya, tak terasa saya sudah berada di bulan Desember. Memasuki bulan Desember tentu banyak hal yang dipikirkan mulai dari ujian, tugas dan sebagainya. Ehhh, puji Tuhan kami telah menyelesaikan ujian. Dibilang sulit memang sulit. Ehhh, maaf saya jadi omong banyak hal tentang ujian saya. Tapi tidak apalah, sejauh hal itu membawa dampak positif dan menguntungkan, tidak apa-apa jikalau kita membahasnya. Atau bagaiaman om Apri Gie, Gipos. Saya harap kalian membaca tulisan sederhana ini, toh kita sama-sama rantau di tanah orang bukan.
Memasuki bulan Desember, berarti akan ada banyak cinta yang kita temukan. Pertama, ketika memasuki bulan Desember tentunya kita akan kumpul bersama keluarga dan ini hal wajib ketika Natal tiba. Maka bagi saya, perlu sesekali dengan tegas mengakui bahwa bulan ini penuh dengan kedamaiann penuh dengan keseruan dan penuh dengan cinta. Karena apa, keluarga yang semula tinggal berjauhan akan dipertemukan pada bulan ini.
Setidaknya, ketika memasuki bulan Desember akan ada banyak hal baik yang menghampiri kita. Sama seperti Tuhan yang datang dan memberi keselematan bagi kita.
Kedua, memasuki bulan Desember kita juga akan dipertemukan dengan berbagai makanan. Jangan heran, setiap kali menyambut kelahiran Tuhan mama kerap kali menyiapkan berbagai aneka makanan untuk keluarga dan jangan pernah heran apabila ayam, bebek atau anjing di rumah akan berkurang jumlahnya. Ingat, jangan pernah heran. Kalau ada daging berarti harus ada sopi. Ini minuman wajib. Rasanya tidak enak jika makan daging tanpa ada sopi, karena ini merupakan minuman wajib ketika berkumpul bersama keluaraga, bisa dibilang minuman persatuan. Kalau sudah minum sopi kae-kae pasti stell lagu “Sa Toki Sloki sloki”, rasanya keren bukan main, minum sambil ditemani musik kaks-kaks mukarakat. Bersukacitalah, bergembiralah, sambil mabuk.
Ketiga, setiap kali memasuki bulan Desember pasti akan ada begitu banyak aneka kue yang dibuat dalam jumlah banyak oleh mama. Yang ini juga Jangan pernah kau heran, karena ketika Natal begini, kau akan menemukan kue full di dalam rumah. Meja makan full dengan kue tar, lemari juga full dengan kue kering dan masih ada juga yang bersembunyi dalam lemari, takutnya sebelum Natal kuenya sudah habis. Kan tidak lucu, jika orang atau kerabat dekat datang kuenya sudah habis…cuaksss. Selain kue, akan banyak sprite, coca-cola, fanta yang akan kau temukan pada bulan ini.
Keempat, memasuki bula Desember jangan pernah heran salon-salon akan full dengan wanita cantik. Yang ini jangan pernah heran, ini sudah menjadi kebiasaan kaum hawa. Ingat, jangan pernah heran ketika kaum hawa keluar dari salon, mereka aka terlihat seperti bidadari. Sebelum menyabut kelahiran Tuhan, mereka wajib mempercantik diri. Itu makanya setiap kali memasuki bulan Desember, jangan pernah heran salon-salon full dengan kaum hawa bahkan sampai ada ynag antri di luar salon. Untuk soal merawat diri, bisanya pria tidak pernah ketinggalan untuk memangkas rambutnya dengan gaya terbaru. Ini salah satu strategi kaum adam untuk memikat hati si doi. Sekali lagi jangan pernah heran, ini cara lama. Juga jangan pernah heran, jika orang-orang keluar masuk tokoh mencari baju Natal. Bersukacitalah, bergembiralah.
Kelima, satu hal yang membuatmu keren ketika Natal, yaitu ketika kau pergi ke gereja bersama si doi. Percaya atau tidak kau akan menjadi pusat perhatian bagi kaum jomblo. Apalagi ketika perayaan ekaristi selesai dan kau mengajak si doi foto bersama tepat di depan pohon Natal. Ehemm, kau menang banyak kawan. Catatan, khusus untuk kes-kes saya yang mulut manis kumis tipis, semoga pada tahun ini banyak yosep yang dipertemukan dengan marianya. Pun sebaliknya. Kalau saja pada tahun ini, engkau masih sendiri, jangan pernah malu menjadi jomblo, Bro. Lalu bagaimana dengan kami yang merantau ke tanah orang, apakah hal-hal indah di atas berlaku bagi kami yang hidup jauh dari orang tua? Apakah kata pulang berlaku bagi kami?
Pertanyaan di atas memang membuat kita sakit hati, sama halnya ketika diputusi oleh doi. Apalagi jika doi jalan dengan orang lain, sakitnya bukan main kes. Tidak hanya sakit hati yang kita rasakan ketika membaca pertanyaan di atas. Dalam artian apa kita harus melatih diri untuk menahan rindu. Juga harus menerima takdir bahwa, kita tidak bisa makan kue tar buatan mama, haha. Bro, belajar menerima takdir itu penting. Tetap full senyum, bersukacitalah. Bagi kebanyakan orang-orang yang merantau untuk mencari ilmu, terkadang pertanyan di atas cukup sensitif dan cukup menyakitkan. Bagaimana tidak, kita tidak akan merasakan kebersamaan Natal pada tahun ini. Merantau adalah pilihan, dan tidak merayakan Natal bersama keluarga di kampung adalah konsekunesi sebagai anak rantau. Atau bagaimana ew Om Apri Bagung?. Kita perlu menelan pil pahit, sebelum kita merasakan hal baik. Saya boleh berkata jujur dengan pertanyaan di atas, bahwa pertanyaan di atas sangat-sangat menyakitkan. Bahkan, rasanya ingin menagis saja. Tapi saran dari saya, jika kau ingin menangis karena mengingat orang tua atau siapa saja yang kau ingat, pastikan kau berada di dalam WC. Percayalah, ini tempat paling tenang ketika kau ingin menangis. Apalagi jika kau menerima kabar bahwa Natal tahun ini kau harus merayakannya di tanah rantau. Maka dari itu, WC adalah tempat yang paling nyaman ketika kau ingin mengeluarkan air mata. Pertanyaan di atas sangat menyakitkan. Sebagai anak kos yang memberanikan diri merantau tentu ada begitu banyak alasan mengapa saya berkata demikian.
Pertama, kita harus belajar menahan rindu. Seperti kata Dilan, rindu itu berat, tapi sebagai anak rantau kita harus bisa menahan rindu, seberat apa pun rindu itu. Tahan rindu untuk tidak memeluk keluarga dan tahan rindu untuk tidak memeluk si doi.
Kedua, ketika orang di rumah sibuk mengurus atau menghiasi rumah dengan pernak pernik Natal. Berbeda dengan kami yang yang tinggal di kos. Kami menyibukan diri untuk merapikan kamar dan mencari kesibukkan lainnya. Jujur hidup jauh dari orang tua apalagi suasana Natal seperti ini sangatlah berbeda.
Ketiga, ketika suasana Natal identik dengan kue yang banyak dan minuman yang banyak. Ini selalu menjadi pertanyaan besar, apakah kami bisa memakan kue yang sama yang dibuat mama. Sekali pun kuenya ada, tapi itu akan terasa berbeda jika kita makan atau meminumnya bersama keluarga. Rasa ingin pulang memang selalu ada tapi mau bagaiamana lagi, saya harus menerima kenyataan bahwa Natal tahun ini saya tidak bisa pulang. Ehh bro, jangan sesekali kau bertanya mengapa saya tidak pulang? Itu keputusan pribadi saya. Gahhh, sudah seperti orang penting saja saya ini.
Ohh iya, hal di atas merupakan gambaran mengenai perbedaan jika Anda merayakan Natal di kampung halaman dan Natal di tanah rantau. Kalau bagi saya, merayakan Natal di mana saja, itu tidak menjadi masalah. Selama saya masih bisa menyambut kelahiran Tuhan, Natal di kampung halaman atau di tanah orang tidak menjadi masalah. Karena ini soal cara kita menyambut kelahiran Tuhan sang juru selamat.
Untuk teman-teman yang masih dilema soal Natal di mana, coba dipikirkan dengan matang. Merayakan natal di Ruteng atau merayakan natal di Jogja. Untuk sementara waktu kata pulang di awal tulisan saya, untuk sementara waktu tidak berlaku. Karena saya merayakan Natal di tanah orang. Bergembiralah, bersukacitalah.
Jadi bagaimana, mau Natal di Ruteng atau di Jogja?
Penulis: Toni Nagur, Instagram: antonio_ngr
0 Komentar