Ternyata Gaya Belajar Pemelajar NTT itu Kinestetic-Auditory
Idelando-Widharyanto,
Akademisi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, melakukan penelitian tentang
gaya belajar dan strategi belajar bahasa pada kelompok pemelajar yang berasal
dari Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mengambil mata kuliah bahasa Indonesia di
salah satu Universitas swasta di Yogyakarta. Dalam artikel yang diterbitkan di Jurnal EDUNET: The Journal of Humanities
and Applied Education, Volume 1, No 1, Januari 2021 itu, dijelaskan bahwa
pemelajar NTT memiliki satu gaya belajar dominan, yaitu Kinestetic-Auditory.
Ada 31
pemelajar yang menjadi pertisipan dalam peneilitian yang dilakukan Widharyanto
ini, yang berasal dari dari Flores, Manggarai, Ende, Bajawa, dan Kupang dengan
rata-rata IPK 3.37 dan usia 19.2 tahun. Lalu, apa yang dimaksudkan dengan Kinestetic-Auditory?
Berikut penjelasannya.
Gaya belajar
Kinestetic dan Audiotory adalah 2 dari 4 prefrensi modalitas (pilihan cara) gaya
belajar model Fleming, yakni Visual, Auditory, Read/Write, dan Kinesthetic.
Kinestetic
Cara belajar
melalui gerakan motorik dengan karakteristik lebih senang memperoleh pengalaman
dengan tangan dan gerak motorik dalam suatu latar alami. Mahasiswa Kinesthetic lebih suka memperoleh
informasi melalui aktivitas praktik yang melibatkan motorik fisik, gestur,
olah tubuh, dan mengalami langsung dalam situasi kelas atau di luar kelas.
Pengalaman merupakan hal yang penting bagi mereka. Aktivitas seperti melakukan
percakapan, membuat benda tiga dimensi, mendemonstrasikan gerakan, drama atau role playing, observasi lapangan,
merupakan aktivitas yang mereka minati.
Auditory
Cara belajar
melalui pendengaran dengan karakteristik membutuhkan bicara/diskusi tentang
situasi dan ide-ide dengan sejumlah orang; senang mendengarkan cerita dari
pembelajar lain. Mahasiswa Auditory mengandalkan
indera telinga dalam menangkap dan memahami informasi tersebut. Mahasiswa
sangat memperhatikan intonasi, lafal, dan kecepatan bicara dari dosen pada saat
menjelaskan, bertanya, atau menjawab pertanyaan. Keberhasilan dalam menangkap
informasi dan memahami informasi sangat bergantung pada pengemasan informasi
tersebut. Apabila informasi disajikan dalam bentuk rekaman, presentasi, cerita,
atau dibacakan dengan keras, mahasiswa auditory
lebih senang, nyaman, dan mudah memahami informasi.
Temuan ini
mengindikasikan bahwa pemelajar yang berasal dari NTT, secara prinsip lebih
senang belajar dengan cara memperoleh pengalaman melalui
aktivitas praktik yang melibatkan motorik fisik, gestur, olah tubuh, dan
mengalami langsung dalam situasi kelas atau di luar kelas, yang dipadukan
dengan aktivitas seperti diskusi, jigsaw,
atau mendengarkan penjelasan teman atau pengajar.
Informasi tentang tipe gaya belajar dan strategi belajar bahasa mahasiswa NTT akan memberikan banyak manfaat bagi dosen/pengajar dalam mengembangkan desain pembelajaran bahasa mereka. Dosen/pengajar akan terbantu dalam memilih dan mengembangkan materi perkuliahan yang sesuai dengan gaya belajar dan strategi belajar bahasa mereka.
Informasi tentang tipe gaya belajar ini pun dapat
menjadi referensi bagi guru yang mengajar bahasa Indonesia di SMP atau SMA dalam
menggunakan metode atau strategi pembelajaran.
MR: Opin Sanjaya
Referensi:
Widharyanto, B. (2003). Gaya
Belajar : Pendekatan Umum dalam belajar. 2006.
Widharyanto, B. (2017). Gaya Belajar Model VARK dan Implementasinya dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. International Communication Through Language, Literature, and Arts (pp. 69-84). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Http://u.lipi.go.id/1493924774.
Widharyanto, B. (2021). Menimbang Preferensi Modalitas Belajar Pemelajar Nusa Tenggara Timur : Kajian Gaya Belajar Dan Strategi Belajar Bahasa. 1(1), 10–19.
0 Komentar