Idelando.com-Tiada lagi rasa
malu atau gusar dalam diri Rochus ketika mendengar olok-olok dan teriakan dari teman sepermainannya,usai undur
diri lebih awal dari permainan sepak bola sebelum matahari terbenam sempurna di
langit barat bahkan belum bisa dibilang senja karena memang masih jauh dari
garis cakrawala, serta belum ada pula seorang
dari mereka yang beranjak meninggalkan satu-satunya lapangan bola di kampung selain Rochus yang tiba-tiba melangkah keluar
dari lapangan, tepat setelah mencetak satu gol diiringi
teriakan ‘Tendangan Anjing Hutan’ atau begitu ia
menyebutkan tendangan yang kemudian
tiada berhasil ditangkap bahkan ditepis oleh penjaga gawang, dan sembari melangkah
meninggalkan lapangan Rochus berkata bahwa babi peliharaannya harus segera
diberi makan karena sore lekas tiba dan memberi
makan babi telah menjadi tugas Rochus sejak Ende
memberinya tugas demikian meski tugas itu tidak berhenti membuat Rochus
terheran-heran, bukan hanya karena babi yang harus diberi makan setiap hari
pukul delapan pagi dan pukul empat sore tanpa boleh terlambat, melainkan juga menu makanan dan minuman
yang Ende siapkan untuk seekor babi jantan
kami di halaman belakang yaitu kompiang
isi daging, jagung catemak, sombu gaplek, dan sopi terbaik buatan Ema Koe, yang semuanya lebih mirip
perjamuan pesta dibanding makanan babi, dan yang semuanya ditata dengan rapi
oleh Ende di atas sebuah mako, sehingga
aku tinggal membawanya sekali angkat tanpa perlu hilir mudik dari dapur ke belakang
rumah tempat kandang babi gemuk kami menghabiskan waktunya untuk tidur dan
memakan jatah jamuan dari Ende, meski
tidak jarang juga Rochus mengambil sepotong sombu
gaplek jatah si babi gempal itu pada perjalanan dari dapur ke kandang babi, karena tidak jarang Rochus sudah sangat
kelaparan sepulang sekolah tapi Ende selalu
mendahulukan makanan untuk hewan dibanding anaknya, memaksanya
mengantar jamuan itu ke kandang sambil tiada berhenti mengingatkan bahwa babi
itu telah menjadi bagian dari rumah ini lebih dulu dibanding Rochus bahkan sebelum Rochus dilahirkan, sehingga
tidak heran ketika suatu hari kematian mendadak babi-babi ternak di Manggarai yang
terjadi beberapa tahun silam membuat Ende
tidak nyenyak tidur sampai menggelar tikar, membawa bantal dan anggo pada salah satu sudut kandang babi
itu dan benar-benar menghabiskan malam demi malam dengan tidur satu atap
bersama seekor babi, meninggalkan Rochus di rumah sendirian demi memastikan
satu-satunya babi yang mereka miliki tidak sakit
mendadak seperti muncul bintik-bintik darah pada telinga dan kulit bagian perut
hingga mati yang menjadi ujung terburuknya, sebelum akhirnya seorang peneliti
datang dari rumah ke rumah termasuk rumah Rochus untuk menyampaikan bahwa kematian
babi yang terjadi belakangan ini terjadi karena bakteri Streptococcus Suis yang mereka sebut tumbuh dalam tubuh babi dan
juga peneliti itu mengatakan bahwa vaksin sudah ditemukan sehingga
bakteri-bakteri tersebut telah dilenyapkan tanpa sempat menular ke babi milik
keluarga Rochus, yang kemudian menjadi alasan Ende kembali tidur di dalam rumah bersama dengan Rochus sehingga
bau tubuh Ende tidak seperti bau binatang
setiap pagi bangun tidur, meski sejak saat itu pula Rochus merasa Ende lebih mencintai babi di kandang belakang
rumah dibanding anak laki-lakinya di dalam rumah karena Ende lebih sering datang ke kandang untuk mengunjungi
babi, mengajak si babi mengobrol, memberinya makan dengan jamuan yang bahkan
tidak pernah Rochus makan sebelumnya, termasuk sesekali Rochus mendapati Ende beranjak
dari kamar di malam hari dan kembali mencium bau tidak sedap khas kandang babi
dari tubuh Ende di pagi hari, sampai tiba
rasa kesal Rochus yang tiada terbendung sehingga dicampurkan satu botol racun
babi hutan ke dalam sopi dan kuah jagung catemak yang
menjadi jatah jamuan untuk si babi, yang entah harus bersyukur atau berkabung
atas kemalangan, rencana itu disadari oleh Ende
karena Ende mencium aroma yang tidak
biasa dari sopi dan kuah jagung catemak sebelum jamuan itu sampai di dalam kandang babi,
yang tentu memantik amarah dari Ende
hingga Rochus ditampar, ditendang, dipukul menggunakan kayu, sebelum ia
mengikat Rochus yang penuh luka serta memar pada sebatang pohon mangga di
halaman dan membiarkannya terikat selama satu malam tanpa melepaskan ikatannya
meski malam itu hujan dan angin tiba tanpa ampun, yang sebenarnya tiada membuat
Rochus jera melainkan membuatnya kian geram dan menyimpan tanya kepada Ende dan babinya karena bagaimana bisa
kini tampak jelas Ende lebih
menyayangi babi gemuk menjijikkan di halaman belakang, hingga pada suatu malam
Rochus mendapati Ende menggeser
tubuhnya, bergerak perlahan barangkali sembari berharap tiada sedikit suara
dari gesekan seprai dengan tubuhnya yang bisa membuat Rochus terbangun, namun
tetap saja Rochus tersadar akan kepergian Ende
dari dalam kamar, dan memandu Rochus mengendap dalam gelap menuju tempat yang
sudah dicurigai sejak lama oleh Rochus sebagai tempat yang selalu Ende tuju setiap mengendap keluar dari kamar pada malam-malam
yang telah terjadi sebelumnya, yang tentu tidak lain dan tidak bukan adalah
kandang babi di halaman belakang rumah, hingga akhirnya Rochus tiada pernah
percaya dengan segala yang didapatinya malam itu karena belum sampai di kandang
babi, ia mendengar suara desah perempuan dengan riuh suara babi yang membuat
Rochus mempercepat langkah sebelum akhirnya ia mengintip melalui celah kandang dan mendapati Ende bersetubuh hebat dengan babi gemuk yang belum lama ini
berusaha ia bunuh dengan mencampur racun pada jamuannya, sampai tiada lagi
jelas perasaan Rochus saat ini karena ia harus menahan tangis, jerit, serta
rasa jijik termasuk menahan isi perut agar tidak muntah melihat tubuh telanjang
Ende tengah disetubuhi seekor babi
jantan, sembari terus menutup telinganya karena desah babi jahanam dan desah Ende seolah berkompetisi untuk mendapatkan
predikat suara yang paling lantang, tanpa pernah Rochus tahu bahwa suara desah
itu terdengar tetangga dan kerumunan petugas ronda lewat yang membuat mereka semua lekas berbisik
dan hanya membatin bahwa seorang laki-laki di masa lalu telah meninggalkan istri
beserta anak laki-laki semata wayangnya, yang kemudian membuat perempuan itu
gila yang benar-benar gila karena berpikir suaminya bukan minggat melainkan
dikutuk oleh seorang penyihir jahat menjadi seekor babi, sehingga perempuan itu
kemudian mencintai babi peliharaannya yang ia beli di pasar, memberinya makan dengan makanan kesukaan
suaminya, bukan makanan babi pada umumnya bahkan sampah pun tiada pernah babi
itu sentuh, melainkan susunan kompiang isi
daging, jagung catemak, sombu gaplek, dan sopi pada sebuah mako, sampai perempuan itu juga bersedia disetubuhi oleh babi
peliharaannya setiap malam karena perempuan itu tetap percaya bahwa jelmaan suaminya ada
pada babi tersebut.***
Madiun, 28
April 2022
Penulis: Kristophorus
Divinanto Adi Yudono – biasa dipanggil Divin. Saat ini
mengajar dan tinggal di Madiun. Masih menunggu manga One Piece tamat. Pemilik akun Instagram @kristophorus.divinanto . Narahubung: 085869696258
0 Komentar