Ruteng, Gempa Bumi, dan Netizen
Idelando.com-Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi) atau karena meletusnya gunung berapi. Gempa bumi bisa menyebabkan beberapa hal seperti tanah longsor, tsunami, rubuhnya gedung dan perumahan dan sebagainya.
Suatu wilayah kerap dilanda gempa bumi biasanya disebabkan karena daerah tersebut merupakan ring of fire. Ring of fire adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.
Sebagai kota kecil yang terletak di bawah kaki gunung dan merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam ring of fire. Ruteng kerap kali dilanda gempa bumi, mulai dari gempa yang frekuensi rendah sampai ke frekuensi tinggi. Satu hal yang patut disyukuri, sampai hari ini kerusakan akibat gempa bumi di Ruteng masih tergolong ringan, artinya sejauh ini belum ada kerusakan parah untuk bangunan dan alam di Ruteng.
Netizen dan gempa bumi di Ruteng
Informasi tentang gempa bumi di Ruteng tidak terlepas dari Netizen. Bagaimana tidak, gempa bumi baru selesai beberapa detik yang lalu, linimasa media sosial sudah dipenuhi oleh tagar-tagar dan story tentang gempa bumi. Semisal: “Gempa…” , “Tuhan, gempa”, "Gempa Lagi..” dan sebagainya. Satu yang keren dan unik, jika linimasa dipadati oleh tagar “Ruha Lale”, fix su jelas yang buat tu story adalah anak Ruteng (Manggarai). Di sini, kita tahu BMKG kalah cepat dari netizen untuk memberikan informasi tentang gempa bumi yang baru terjadi.
Gempa lewat dan story muncul, kadang menimbulkan beberapa hal yang unik. Apalagi saat dipadukan dengan emoticon panik (warna ungu toh..?) pada linimasa sosmed. Yang menjadi pertanyaan, apakah setelah gempa kita harus membuat story, ketimbang memperhatikan dampak dari gempa bumi. Sebut saja mengecek kandang ayam, kandang babi, atau yang paling dekat adalah tembok hati eh tembok kamar maksudnya. Masih aman ka tidak..? Saran saya, kalau sekitar su aman, baru pesiar ke linimasa medsos dan ramaikan tagar “ruha lale”.
Komen-komenan story gempa bumi
Saat ada yang membuat story gempa, pasti ada yang komen. Kadang yang berkomentar adalah keluarga jauh yang tidak berdomisili di Ruteng. Su jelas mereka punya maksud adalah untuk menanyakan situasi dan dampak dari gempa yang terjadi. Komentar-komentar seperti ini adalah komentar yang lumrah.
Namun, yang uniknya adalah komentar dari sesama teman yang masih berada di Ruteng dan mereka juga merasakan adanya gempa. Su tahu toh basa-basi awal, misalkan: “iyaa emm,, asli ee pande rantang oo… aku jejer dat ge…” dan lainnya. Dan yang lebih seru lagi adalah komentar “sa tadi sebenarnya tidak tau kalau terjadi gempa eee, tapi karena sa liat sap gorden kah goyang-goyang, itu baru sa tahu padahal itu gempa oo, bukan angin”. Su tau toh, ini adalah komentar dari kaum rebahan kelas VIP. Satu sisi, topik chat “gempa” bisa jadi bahan untuk kesempatan pdkt, jalan masuknya selak dan mudah. Golongan ini merangkap guru Geografi sesaat.
Omong-omong sekian dulu cerita tentang gempa eee. Apalagi di Ruteng belakangan ini sering terjadi gempa bumi. Prediksi tentang waktu terjadinya kita tidak tahu pasti dan dampak yang terjadi belum bisa kita pastikan. Yang menjadi catatan atau persiapan kita adalah harus memiliki pengetahuan dasar tentang apa saja yang perlu diperhatikan saat terjadi gempa bumi. Seperti: melindungi diri saat terjadi gempa bumi, tidak panik atau tetap tenang, memastikan keluarga dan sekitar aman, bekerja sama saat memberikan pertolongan, dan bisa mencari serta mendapatkan informasi yang terpercaya tentang gempa dan hal lain yang berkaitan dengan gempa bumi. Satu lagi bonus, yang ada Ayang pastikan tanya diap kabar habis gempa bumi emm. Yang tida ge biar cek kandang ayam saa.
Penulis: Oan Soro
Editor: Ry Fatima
0 Komentar