Mulai Saja Dulu, Tidak Ada Ide Yang Sempurna
Idelando.com-Setelah kuliah saya melamar pekerjaan di mana-mana, tetapi saya
tidak mendapatkan pekerjaan yang saya dambakan. Kemudian, saya membuka usaha
pangkas rambut, sampai pada suatu waktu, ketika saya masih duduk minum kopi,
tiba-tiba dua orang teman perempuan (Rini dan Novi) bersama kepala desa (istri kepala desa) datang ke rumah. Maksud kedatangan mereka untuk mengajak saya bekerja
sama membuka PAUD. “Nana mai de weta so’o manga niat kudu buka PAUD, tapi ise
toe manga bae apa-apa. Jadi, cala ngance bantu urus lite kudu buka PAUD.” jelas
ibu kepala desa pada saat itu.
Saya kaget namun bercampur bahagia sekaligus. Kaget
karena tiba-tiba ada orang yang memberi kepercayaan kepada saya, dan bahagia
karena ini adalah peluang. Pertanyaan saya waktu itu kepada Rini dan Novi “Apa
kalian yakin mempercayakan ini pada saya? dan kalian serius ingin
bekerja dengan saya?” dan mereka mengatakan bahwa
mereka “serius”.
Saya pun tidak menunda-nunda waktu. Keesokan harinya saya langsung
ke dinas untuk meminta format proposal. Saya pelajari. Saya pelajari
syarat-syarat membuka PAUD. Sore harinya saya, Rini dan Novi mengunjungi tiap
rumah di desa ini (baca: Desa Ruang) dan kami mendapat 50 peserta didik beserta
data dukungan: akta kelahiran dan kartu keluarga.
Malamnya, saya membuat sebuah proposal untuk dihantar ke
dinas. Setelah saya mengantar proposal ke dinas, saya meminta teman-teman untuk
membuat pertemuan dengan orang tua calon peserta didik. Kami
mengundang semua orang tua dari calon peserta didik dan kami mengundang
kepala desa untuk membuka pertemuan. Hal pertama yang dibahas adalah pakaian
seragam dan pakaian olahraga anak-anak. Puji Tuhan kami mendapat dukungan penuh
dari mereka.
Lalu, saya mengurus izin operasional sekolah. Sebelum mengurus
izin, kami wajib membuat akta notaris yayasan pendirian lembaga, supaya lembaga
kami tidak kelihatan fiktif namun sah secara hukum. Kemudian, dinas
mengajukan NPSN (Nomor Pokok Sekolah Nasional) ke pusat agar PAUD
mempunyai dapodik sendiri.
Apakah yang Anda jalani sekarang sesuai dengan
cita-cita Anda?
Saya bercita-cita menjadi guru. Puji Tuhan saya mendapat lebih.
Saya mempunyai tanggung jawab besar karena teman-teman mempercayakan saya untuk
memimpin PAUD ini. Saya mendapat dukungan penuh dari keempat tutor saya.
Bagaimana pun caranya saya harus bisa. Saya dan teman-teman harus
memulai semuanya dari nol.
Saya juga membuka pendidikan kesetaraan paket B dan paket C. Saya
melihat teman-teman di desa kami tidak bisa melanjutkan pendidikan
karena mengalami kendala ekonomi. Banyak teman-teman yang mendaftarkan
diri. Lembaga ini juga memiliki NPSN sendiri.
Anda sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI), dapat dikatakan kurang sesuai dengan yang Anda geluti
sekarang. Bagaimana Anda memulai?
Saya suka berguru dengan orang lain. Saya pergi ke orang-orang
yang berpengalaman. Saya belajar mengolah PAUD dari mereka. Selain itu, saya
juga belajar mandiri melalui berbagai media. Begitu juga belajar memimpin.
Namun yang paling penting ketika menjadi guru adalah kita harus
menjadi pelayan. Sebagai guru kita harus melayani yang terbaik untuk peserta
didik.
Seharusnya Anda memilih
sesuai kemampuan Anda. Apa pertimbangan Anda?
Jangan terlalu fokus dengan jurusan. Yang paling penting bagaimana
menangkap peluang. Desa kami belum ada PAUD dan itu adalah peluang. Kami harus
membuka PAUD demi memajukan pendidikan di desa ini (baca: Desa Ruang).
Selesaikan dulu kuliah dengan baik. Saya kuliah jurusan PBSI karena niat
sendiri. Namun, kenyataan di masyarakat setelah kita kuliah kan berbeda.
Refleksinya, apa yang bisa kita buat untuk diri sendiri dan masyarakat? Di sini
belum ada PAUD. Itu kan peluang. Kita diberi kepercayaan, ya kita harus menjaga
kepercayaan itu.
Bagaimana Anda mengaplikasikan pengetahuan
akademik Anda?
Saya telah mempelajari banyak hal selama menekuni kuliah PBSI di
Unika Santu Paulus Ruteng. Tantangan saya adalah aplikasi. Bagaimana
mengaplikasikan pengetahuan akademik saya di tengah masyarakat. Dari aspek
sosial, orang-orang di desa ini sangat jarang berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia. Anak-anak di sini lebih menggunakan bahasa daerah ketika
berkomunikasi. Jadi, itu pembelajaran yang ditekankan di sini. Kami selalu
mendorong peserta didik untuk menggunakan bahasa Indonesia di kelas dan kami
selalu mengajarkan mereka cara berkomunikasi yang baik.
Apa tantangan Anda?
Om Opin dan Om Oan bisa lihat, kami menjalaninya dengan keterbatasan. Keterbatasan fasilitas. Kami belum memiliki gedung sendiri, masih menggunakan rumah saya sebagai kelas. Kami belum mempunyai wahana permainan yang memadai untuk anak-anak. Namun, kami yakin, dengan terus bekerja kami akan mendapatkan apa yang kami cita-citakan.
Apa harapan Anda?
Semoga ada donatur yang mau membantu memfasilitasi PAUD kami. Kami
ini sekolah swasta jadi semuanya kami tanggung sendiri.
Apa motivasi Anda dengan yang Anda geluti
sekarang?
Saya ingin memajukan pendidikan di desa kami. Saya berharap agar
anak-anak di desa ini semangat untuk belajar dan bersungguh-sungguh. Zaman kita
saja tantangannya besar sekali, apalagi zaman mereka kelak. Saya juga berharap
para orang tua mau mendorong anak-anaknya agar rajin ke sekolah.
Sudah berapa lama Anda menekuni apa yang Anda
geluti sekarang?
Kami sudah berkarya hampir dua tahun. Dan itu belum apa-apa. Masih
banyak hal yang harus kami perjuangkan. Kami belum memiliki gedung. Kami
berharap secepatnya. Kami mempunyai orang tua, masyarakat setempat dan
pemerintah desa yang mendukung usaha kami. Yang paling penting adalah niat
dalam diri kita.
Apa pandangan Anda tentang diri Anda?
Saya tidak bisa menilai diri saya. Namun, saya punya nilai yang
saya junjung, yaitu melayani orang lain dengan sepenuh hati. Selain itu, kita
harus berkorban. Ada sesuatu yang harus dikorbankan. Saya tidak menuntut apa
pun atas apa yang saya geluti saat ini. Kita berkeja keras,
rejeki pasti datang. Dengan nilai-nilai itu kita akan dihargai dalam
masyarakat. Saya harus bekerja sama dengan teman-teman saya. Kalau kita
hanya memikirkan uang, kita tidak akan bisa memulai sesuatu. Uang
akan datang kalau kita melayani dan bekerja serius. Itu sebabnya nama lembaga
kami: Mutiara Hati. Mutiara itu sesuatu yang berharga. Melayani
orang lain sepenuh hati dan mau berkorban adalah sesuatu yang sangat berharga.
Apakah ada tokoh/orang yang memotivasi Anda
dalam perjalanan hidup Anda?
Saya suka membaca buku biografi dan kisah-kisah seperti Mark
zuckerberg dan Jack Ma. Kalimat Mark yang saya ingat sampai sekarang itu
“memulai saja dulu, tidak ada ide yang sempurna”. Prinsip itu saya bawa sampai
sekarang.
Apakah ada sesuatu yang ingin Anda sampaikan
kepada kami?
Kita harus bisa melihat peluang yang ada. Kita harus pandai menangkap peluang. Kadang kita bekerja untuk mengikuti arus, padahal sangat banyak peluang. Sekali lagi, mulai saja dulu, tidak ada ide yang sempurna.
Tentang Tokoh: Yohanes Jefri Nabor atau sapaan akrabnya Jefri adalah pemuda asal Desa Ruang, Kecamatan Satar Mese Utara. Jefri bersama keempat tutornya mengolah Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Mutiara Hati Bola di Desa Ruang. Jefri dipercayakan untuk memimpin PAUD Mutiara Hati
1 Komentar